Tuhan.. bukan ingin aku
tak bersyukur atas kehidupan yang Engkau setting
untuk ku. Tak ayal aku selalu terlihat pilu menerima kenyataan yang
terkadang terkesan mengeluh.
Tuhan.. bagaimana jika
aku bak Nabi Isa putra Maryam yang dilahirkan tanpa seorang ayah. Aku tak perlu
menangis hanya karena melihat seorang ayah menggendong anaknya sambil membeli
es krim kesukaannya. Aku tak perlu lagi menangis ketika ada anak yang dijemput
ketika sekolah usai. Aku tak perlu lagi menangis ketika waktu belajar di
rumahku tidak ditemani oleh sesosok ayah seperti kebanyakan orang. Aku tak
perlu lagi menangis ketika aku tak mendapatkan kasih sayang sedikitpun dari
seorang ayah.
Tuhan.. bagaimana jika
aku seperti Nabi Isa putra Maryam yang dilahirkan tanpa seorang ayah. Aku tak
perlu lagi iri ketika teman-temanku selalu mendapatkan hadiah dikala
berprestasi. Aku tak perlu lagi iri ketika rapotku tidak di ambil oleh ayah
padahal nilaiku selalu dapat pujian dari guru-guru. Aku tak perlu lagi iri
ketika aku harus bekerja untuk biayai sekolah ku sendiri tidak seperti
anak-anak se usiaku yang lain.
Tuhan.. bagaimana jika
aku layaknya Nabi Isa putra Maryam yang dilahirkan tanpa seorang ayah. Aku tak
perlu lagi terenyuh ketika aku harus berjabat tangan dengan sesosok perempuan
yang tak ku kenal dan memaksa ku untuk menyebut dengan sebutan ibu. Aku tak
perlu lagi terenyuh ketika aku harus memeluk dan mencium anak laki-laki kecil
dan memaksaku untuk menyebut dengan sebutan adik. Aku tak perlu lagi terenyuh
ketika aku harus dititipkan kepada orang lain agar aku dapat survive sampai aku bisa mendapatkan uang
untuk membiayai kehidupanku dari hasil lelahku sendiri.
Tuhan... aku percaya bahwa Engkau telah menyiapkan
rencana besar untuk ku dan Engkau telah menjanjikan bahwa di dalam 1 kesulitan
terdapat 2 kemudahan. Tuhan... aku hanya semut kecil yang tak berdaya dan
meminta keberadaan-Mu untuk memeluk ku. Tuhan... di balik besarnya masalahku...
aku percaya bahwa ada Engkau yang lebih besar. Allahu Akbar...