Jumat, 11 Mei 2012

Cerita Si Abi Kepada Putrinya Tentang Akhwat Sejati

Suatu ketika aku mencoba browsing mengenai akhwat sejati......
sebuah artikel yang membuatku berdecak kagum.. "INILAH AKHWAT SEJATI"



Seorang gadis kecil bertanya pada ayahnya,
“Abi ceritakan padaku tentang Akhwat sejati?”.
Sang ayah pun menoleh sambil kemudian tersenyum : Anakku …
Seorang akhwat sejati bukanlah dilihat dari kecantikan paras wajahnya,
tetapi dilihat dari kecantikan hati yang ada di baliknya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari bentuk tubuhnya yang memesona, tetapi
dilihat dari sejauh mana ia menutupi bentuk tubuhnya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari begitu banyaknya kebaikan yang ia
berikan tetapi dari keikhlasan ia memberikan kebaikan itu.
Akhwat sejati bukan dilihat dari seberapa indah lantunan suaranya,
tetapi dilihat dari apa yang sering mulutnya bicarakan.
Akhwat sejati bukan dilihat dari keahliannya berbahasa, tetapi dilihat
dari bagaimana caranya ia berbicara.
Sang ayah diam sejenak sembari melihat ke arah putrinya.
“Lantas apa lagi Abi?”, sahut putrinya.
Ketahuilah putriku …
Akhwat sejati bukan dilihat dari keberaniannya dalam berpakaian tetapi
dilihat dari sejauh mana ia berani mempertahankan kehormatannya.
Akhwat sejati bukan dilihat dari kekhawatirannya digoda orang di jalan
tetapi dilihat dari Kekhawatiran dirinyalah yang mengundang orang jadi
tergoda.
Akhwat sejati bukanlah dilihat dari seberapa banyak dan besarnya ujian
yang ia jalani tetapi dilihat dari sejauhmana ia menghadapi ujian itu
dengan penuh rasa syukur.
Dan ingatlah …
Akhwat sejati bukan dilihat dari sifat supelnya dalam bergaul, tetapi
dilihat dari sejauhmana ia bisa menjaga kehormatan dirinya dalam bergaul.
Setelah itu sang anak kembali bertanya, “Siapakah yang dapat menjadi
kriteria seperti itu, Abi?”
Sang ayah memberikannya sebuah buku dan berkata,”Pelajarilah mereka!”
Sang anak pun mengambil buku itu dan terlihatlah sebuah tulisan “Istri
Rosulullah”
Khusus buat para aktivis… bacalah :
Akhwat sejati tidak dilihat dari jilbabnya yang anggun, tetapi dilihat
dari kedewasaannya dalam bersikap.
Akhwat sejati tidak dilihat dari retorikanya ketika aksi, tetapi
dilihat dari kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari banyaknya ia berorganisasi, tetapi
sebesar apa tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah.
Akhwat sejati tidak dilihat dari kehadirannya dalam syuro’, tetapi
dilihat dari kontribusinya dalam mencari solusi dari suatupermasalahan.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tasnya yang selalu membawa Al -
Qur’an, tetapi dilihat dari hafalan dan pemahamannya akan kandungan
Al- Qur’an tersebut.
Akhwat sejati tidak dilihat dari aktivitasnya yang seabrek, tetapi
bagaimana ia mampu mengoptimalisasi waktu dengan baik.
Akhwat sejati tidak dilihat dari IP-nya yang cumlaude, tetapi bagaimana
ia mengajarkan ilmunya pada umat.
Akhwat sejati tidak dilihat dari tundukan matanya ketika interaksi,
tetapi bagaimana ia mampu membentengi hati.
Akhwat sejati tidak dilihat dari partisipasinya dalam menjalankan
kegiatan, tetapi dilihat dari keikhlasannya dalam bekerja.
Akhwat sejati tidak dilihat dari sholatnya yang lama, tetapi dilihat
dari kedekatannya pada Robb di luar aktivitas sholatnya.
Akhwat sejati tidak dilihat kasih sayangnya pada orang tua dan teman -
teman, tetapi dilihat dari besarnya kekuatan cinta pada Ar – Rahman
Ar- Rahiim..
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutinitas dhuha dan tahajjudnya,
tetapi sebanyak apa tetesan air mata penyesalan yang jatuh ketika sujud
Akhwat sejati tidak dilihat dari rutin dan konsistennya menggunakan
jilbab dan tidak akan menganggap dirinya lebih sempurna dibandingkan
para akhwat lainnya yang belum berhijab, tetapi bagaimana ia mampu
membimbing dengan penuh kesabaran & keikhlasan para akhwat lainnya
supaya menggunakan jilbabnya dengan konsisten.

Jumat, 04 Mei 2012

Angka Keramatku di Dalam Timbangan


PAGI YANG SANGAT SEMPURNA dengan warna2 kontras di atas piring putih dan segelas susu hangat beraroma menyengat..
Ahh tidak…
Pagi ini.. bukan!! Tiap pagi kubiarkan tangan nakal memasukan seluruh makanan yg tersedia di meja makanku.. bahkan isi kulkas tak pernah kubiarkan terisi.

PAGIKU YANG SANGAT MENENANGKAN di atas kasur empuk dengan selimut Barbie kesayanganku..
Ahh tidak…
Pagi ini.. bukan!! Tiap pagi kubiarkan tengkorak2 terkulai lemah seperti seonggok daging. Bahkan sudah seperti guling yang tak pernah beranjak dari tempatnya.

PAGIKU YANG SANGAT MERIAH di depan layar TV dengan remote yang membuat jariku asyik menekan sambil mencari chanel-chanel kesayanganku..
Ahh tidak…
Pagi ini.. bukan!! Tiap pagi kubiarkan mataku berpaling dari indah ciptaan-Nya. Kubiarkan udara yang sejuk lewat begitu saja tanpa memanfaatkanya untuk berolahraga..

AHHHHH TAPI PAGIKU MENJADI SANGAT SURAM…
Ketika aku harus menatap ke bawah dengan angka yang membuatku seakan mau kiamat…


Timbanganku membuat tubuhku terasa GEMUK!!!!!!!! Sekarang :’(

Rabu, 02 Mei 2012

BUNDA… APA AKU BAHAGIA??



BUNDA….
Suatu hari aku dikejutkan oleh beberapa pertanyaan temanku..
Pertanyaan pertama: “May, sudah berapa lama kamu bekerja??”
aku jawab bun: “umm…. sejak lulus SMA aku sudah bekerja, kira2 sudah 3 tahun aku bekerja”
lalu pertanyaan selanjutnya terluncurkan: “Kalau begitu, apa yang sudah kamu dapatkan dari hasil jerih payahmu?? apa kamu sudah dapat membeli laptop? HP Canggih? atau kendaraan?? atau baju2 trendy seperti yang dikenakan artis2 ternama?”.
aku terkejut bun. dan aku terdiam beberapa saat. lalu, aku meninggalkan dia dan merenungi apa yang sudah aku dapatkan selama ini.

Berhari-hari bun, aku terus memikirkan dan terus memandangi orang2 disekelilingku, temanku baru 1 tahun bekerja saja sudah dapat beli laptop, hape canggih dan style yang ga kalah bagus bun dari artis2 ala barat. sedangkan aku?? aku tidak memiliki apa yang aku mau dari hasil kerjaku..

Bun, aku sempat menangis, menyalahi takdirku. tapi bun, suatu saat pas aku pulang kuliah, ada anak kecil ngamen di angkutan umum yang aku tumpangi. Ada 2 orng bun, mereka tertawa tanpa beban. padahal hari itu sudah larut malam. Malam itu aku sangat merasa lelah dengan segala kesibukanku. tapi ada satu titik cerah ketika aku melihat mereka bun. aku yakin sebenarnya mereka juga lelah sama sepertiku, bahkan mereka harus naik turun angkutan umum belum lagi resiko kecelakan yang sangat besar untuk mereka dan bernyanyi untuk menghibur penumpang yang hanya memiliki sisa tenaga. tapi mereka tetap bahagia bun. padahal aku yakin hasil jerih payah mereka bukan untuk membeli barang yang mereka mau. Bun, mereka memberiku makna dari arti sebuah kehidupan.

Bun, aku sadar… bahagiaku bukan karena aku bisa membeli suatu barang yang aku inginkan dan seperti kebanyakan orang. Bun, kebahagiaan aku adalah ketika aku dapat membuat bunda tersenyum dengan hasil jerih payahku. ketika aku melihat adik2ku bisa membeli sesuatu walaupun tidak mewah. kebahagianku terletak di keluarga kecil kita bun.. bukan seberapa banyak barang yang dapat aku miliki tapi seberapa banyak senyuman yang dapat aku miliki. senyuman adik2, senyumamu BUNDA…




TERUSLAH TERSENYUM UNTUK KU BUNDA :'))